Tempat - Tempat Wisata di Banjarmasin
Apakah Banjarmasin hanya tentang sungai dan pasar terapungnya? Tentu saja tidak. Kota ini memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Ini dia rangkuman 5 tempat wisata di Banjarmasin yang bisa Anda simak sebelum berkunjung ke ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan :
1. Kampung Sasirangan
Kampung Sasirangan adalah tempat pembuatan batik khas Banjarmasin yaitu Kain Sasirangan dimana pembuatan batik ini masih menggunakan cara tradisional seperti kerajinan batik di pulau jawa. Kampoeng BNI Sasirangan Banjarmasin atau sering disingkat Kampung Sasirangan terletak di Jalan Seberang Masjid, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sejak tahun 2010 telah dijadikan salah satu obyek wisata souvenir kerajinan kain dan busana Sasirangan. Bagi penggemar kain tradisional khas nusantara, tentu berburu kain etnik dapat menjadi salah salah satu aktivitas mengasyikkan saat mengisi waktu liburan.
Sasirangan merupakan kain tradisional khas Kalimantan Selatan (Kalsel), dan biasanya menjadi cinderamata favorit para turis yang berkunjung ke Kalsel. Kain Sasirangan adalah kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada dasarnya teknik pewarnaan rintang mengakibatkan tempat-tempat tertentu akan terhalang atau tidak tertembus oleh penetrasi larutan zat warna. Prosesnya sering diusahakan dalam bentuk industri rumah tangga, karena tidak diperlukan peralatan khusus, cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif maupun corak tertentu, melalui teknik jahitan tangan dan ikatan.
Nama Sasirangan sendiri berasal dari kata sirang yang dalam bahasa setempat berarti diikat. Kain bermotif unik ini dikenal pula dengan kain calapan atau kain celupan. Disebut demikian karena kain sasirangan dibuat dnegan cara diikat lalu diwarnai dengan cara dicelupkan ke cairan pewarna. Setelah dipola, kain putihan akan diikat secara menyilang mengikuti motif yang sudah ditentukan. Semakin banyak warna dan motif, tentu memerlukan proses pengerjaan yang lebih lama dan lebih rumit.
Dengan mengkombinasikan antara motif-motif asli yang satu dengan motif asli yang lainnya, maka Kain Sasirangan makin menarik dan kelihatan modern, selain itu motif-motif tersebut dimodifikasi sehingga menciptakan motif-motif yang sangat indah namun tidak meninggalkan ciri khasnya. Adapun corak atau motif yang dikenal antara lain Kembang Kacang, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Turun Dayang, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Kulit Kayu, Sarigading, Parada dan lain-lain. Produk barang jadi yang dihasilkan dari Kain Sasirangan yaitu Kebaya, Hem, Selendang, Jilbab, Gorden, Taplak Meja, Sapu Tangan, Sprei dll.
Kain Sasirangan dulunya adalah pakaian adat yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat. Bahkan kain ini mulanya digunakan untuk kesembuhan bagi orang yang tertimpa suatu penyakit (pamintaan). Pada zaman dulu Kain Sasirangan sebagai pakaian adat biasanya berupa ikat kepala (laung), sabuk untuk lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) bagi kaum wanita. Seiring dengan perkembangan zaman, Kain Sasirangan kini tidak hanya menjadi pakaian adat tapi juga menjadi sandang khas Kalimantan Selatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan Kain Sasirangan inipun lebih meluas yaitu untuk busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari baik resmi atau tidak.
Banyaknya produk yang dapat dibuat dari Kain Sasirangan inilah yang menjadikan kain khas Banjarmasin ini tetap eksis hingga saat ini. Di sini ada banyak toko yang menjual Sasirangan dalam berbagai varian. Harganya berkisar antara puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah. Harga Kain Sasirangan umumnya ditentukan oleh bahan dasar kain. Kain Sasirangan berbahan sutera asli akan dibanderol dengan harga yang lebih mahal daripada yang dibuat dari kain katun, satin ataupun jenis kain lainnya.
2. Jembatan Barito
Daerah Kalimantan Selatan memang dikenal sebagai daerah dataran rendah yang memiliki banyak sungai. Karena sungainya yang besar maka tentu jembatannya juga besar. Ada lagi yang terkenal sebagai tempat wisata buatan di daerah Kalimantan Selatan ini, yaitu Jembatan Barito. Ya, memang tempat ini hanya sebuah jembatan panjang yang menghubungkan dua kota, yaitu wilayah Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan wilayah Kapuas, Kalimantan Tengah. Tetapi dibalik itu semua, menyimpan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat. Lebih spesifiknya lagi, Jembatan Barito menghubungkan pinggir barat sungai Barito, yaitu Kecamatan Anjir Muara dengan tepi timur Sungai Barito, yaitu Kecamatan Alalak di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Ada beberapa hal yang bisa dinikmati jika berkunjung ke Jembatan Barito. Di bagian utara Jembatan Barito terdapat rumah khas Banjar yaitu rumah Bubungan Tinggi yang dilengkapi dengan lambang daerah. Ada Banjarmasin, Banjar, dan Barito Kuala. Namun pemangan ini tak terlalu nampak karena tertutupi oleh tumbuhan di sekitarnya.
Pemandangan sungai yang luas pun cukup menarik minat bagi pengunjung yang berasal dari luar Kalimantan. Apa lagi bagi mereka yang belum pernah melihat orang yang berpergian dengan transportasi air, hal ini pastilah unik.
Banyak orang berkunjung ke jembatan ini. Beberapa diantaranya adalah para muda-mudi yang mencari mencari udara segar atau menjadikannya sebagai tempat kencan. Ada juga orang yang hobi fotografi yang datang untuk sekadar mengabadikan pemandangan sungai dan aktifitas perairan lainnya. Barangkali tempat ini juga dijadikan objek wisata bagi beberapa keluarga.
Selain itu, tepat di bawah Jembatan Barito, terdapat sebuah pulau kecil bernama Pulau Bakut. Karena itu, segelintir orang juga menyebut Jembatan Barito sebagai Jembatan Pulau Bakut.
Tepat di bawah Jembatan Barito ternyata ada lagi sebuah jembatan kecil yang diperuntukkan bagi para pejalan kaki. Jadi pengunjung bisa langsung melihat ke tengah-tengah sungai tanpa harus berhenti di pinggir jalan. Dari kejauhan pun tampak pemandangan pegunungan yang hijau.
Sebagian wisatawan yang datang bahkan mengatakan bahwa struktur Jembatan Barito mirip dengan Jembatan Harbour Bridge. Dengan itu warga setempat menjadi bangga sendiri dan masyarakat menganggap Jembatan Barito sebagai landmark kota Marabahan.
Satu hal lagi yang mendukung di Jembatan Barito adalah tidak adanya pemukiman di pinggiran sungai. Karena kebanyakan sungai di daerah Kalimantan Selatan selalu penuh dengan pemukiman, maka hutan mangrove di sekitar sungai Barito menjadi nilai tersendiri. Dengan adanya hutan tersebut membuat pemantangan tampak lebih alami dan natural. Aktifitas sungai hanya ada kapal-kapal yang lewat saja
3. Kawasan Wisata Kuliner
KWK (Kawasan Wisata Kuliner) terletak Gang Pengkor Jl. Kayutangi 1 RT.02 Kota Banjarmasin tepatnya di belakang Gedung Sultan Suriansyah, sekitar tiga kilometer dari pusat kota. Waktu jam buka mulai tengah hari hingga tengah malam setiap hari, tiap akhir pekan hampir tiap malam sangat ramai dipenuhi pengunjung yang berdatangan dari penjuru Banjarmasin, entah perorangan, satu keluarga dan terlebih lagi kebanyakan pengunjung adalah anak muda dan mahasiswa UNLAM yang tempatnya sangat dekat dengan KWK. Jadi jika anda lebih suka suasana yang sepi, sore hari atau malam selain akhir pekan merupakan waktu yang tepat untuk kesana.
Dalam perkembangannya, KWK mempunyai sekitar 90 kios beserta fasilitas yang memadai seperti tempat parkir luas, WIFI, toilet yang bersih, beserta panggung hiburan yang diadakan setiap akhir pekan, selain itu juga KWK sering mengadakan event tertentu seperti perlombaan ataupun nonton bareng dengan proyektor khusus terletak di lahan parkirnya.
Ada dua tempat utama ditempat ini, ika anda ingin sekedar nongkrong sambil menikmati kopi ataupun makanan ringan seperti kue dan kopi, area luar merupakan tempatnya yang cocok sedangkan di dalam gedung merupakan area kuliner berbagai hidangan berat seperti masakan Banjar dan sebagainya.
4. Makam Datu Buaya (Baya) Kuning
Makam ini berlokasi di Jl. Kuin cerucuk, Kuin Cerucuk, Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, makam ini terbuka untuk peziarah umum, yang dibuka 24 jam untuk peziarah yang ingin melihat atau berkunjung ke Makam Datu Buaya (Baya) Kuning, di samping makam diesdiakan tempat parkir untuk pe ziarah yang menggunakan alat transportasi sendiri, mungkin banyak yang belum mengetahui siapa beliu , berikut sedikit cerita tentang beliau
Cerita Datu Buaya Kuning
Pada abad ke-14 di Kecamatan Kalua, Kabupaten Tabalong hidup seorang Datu yang bernama Kartamina. Menurut sahibul hikayat beliau berasal dari keturunan Raja Gagalang Kelua. Beliau mempunyai watak pemberani dan agak liar. Kebiasaan beliau adalah suka merendam kaki ke air.
Datu Kartamina mempunyak kesaktian bisa menciptakan buaya dengan merubah batang korek api menjadi buaya. Korek api itu beliau ambil sebatang dan diletakkan di telapak tangan kanan sambil mulut komat-kamit membaca mantra
Selanjutnya beliau pejamkan mata beberapa lama sementara mulut terus berkomat-kamit, maka batang korek api itupun berubah menjadi buaya, mula-mula kecil seperti cecak kemudian akan menjadi besar apabila dimasukan ke dalam sungai
Selain itu Datu Kartamina bisa mengubah diri menjadi buaya kuning. Kalau sudah menjadi buaya, beliau berdiam didasar sungai dan sesekali timbul ke permukaan sungai. Kalau buaya itu timbul di permukaan sungai orang-orang yang melihatnya akan merasa ketakutan karena bentuknya tidak seperti buaya kebanyakan, bentuk buaya kuning ini besar seperti pohon aren (enau) sangat menyeramkan. Jika beliau ingin kembali menjadi manusia, kelihatanlah air sungai beriak-beriak dan berbuih tebal, kemudian muncul buaya kuning dipermukaan sungai dan terus naik ke darat kemudian buaya kuning itu lambat laun berubah kembali menjadi manusia seperti sedia kala.
Datu Kartamina bersahabat dengan Raja dari Kerajaan Negara Dipa, Amuntai. Karena saking akrabnya mereka sering bertemu dan bercengkrama, terkadang Datu Kartamina datang ke Amuntai untuk bertemu dan terkadang Raja Negara Dipa yang datang ke Kalua.
Suatu hari sang raja datang berkunjung ke Kelua untuk melepas rindu pada sahabatnya Datu Kartamina karena lebih kurang dua bulan tidak bertemu, setelah tiba dirumah Datu Kartamina, sang raja mengetuk pintu rumahnya, namun stelah diketuk beberapa kali tetap tidak ada jawaban maka sang raja bertanya kepada tetangga disebelah rumah Datu Kartamina. Oleh tetangga di sebelah rumah beliau berkata bahwa tadi beliau sedang berada di sungai.
Sang Raja berjalan menuju ke sungai sebagaimana yang telah dikatakan oleh tetangga Datu Kartamina namun tidak menemukannya. Lalu sang raja berteriak-teriak memanggil sahabatnya tersebut dari pinggir sungai. “Kartamina …! Kartamina … ! dimana kau ? aku sahabatmu ingin bertemu” kata sang raja.
Setelah beberapa kali berteriak memanggil, tak lama kemudian air disungai dihadapan sang raja menjadi beriak-riak dan berbuih tebal, kemudian muncullah buaya kuning yang menyeramkan sebesar pohon enau. Melihat pemandangan yang ada di hadapannya sang raja terkejut dan takut yang luar biasa.
Sebelumnya Datu Kartamina tidak bercerita kepada sahabatnya bahwa beliau pandai menjelma menjadi Buaya Kuning, belum lagi hilang rasa terkejut dan rasa takut, sang raja dikejutkan lagi dengan terdengarnya suara dari buaya terbut yang menyebut namanya.
“Jangan takut sahabatku, akulah Kartamina yang kau cari” kata buaya itu. Setelah naik ke darat berubahlah buaya kuning itu menjadi Datu Kartamina yang asli. Sejak kejadian itu sang raja semakin senang bersahabat dan bergaul dengan Datu Kartamina sang raja pun sangat menghormati Datu Kartamina
5. Pura Agung Jagat Natha
Jika ingin merasakan suasana Bali di Banjarmasin, maka datanglah ke pura yang beralamat di Jalan Gatot Subroto ini. Inilah pura satu-satunya yang ada di Kalimantan Selatan. Pura ini memiliki banyak candi dengan bentuk yang unik, bahkan juga memiliki kolam
Awalnya umat Hindu yang ada di Banjarmasin melaksanakan kegiatan persembahyangan atau kegiatan Hari-hari besar Umat Hindu (seperti Galungan, Kuningan,Saraswati dll) dilaksanakan bergantian dari rumah warga umat Hindu yang ada di Banjarmasin secara bergantian bergilir dari rumah umat hindu yang yang satu ke rumah umat hindu yang lain. namun dalam perkembangannya Semakin lama umat Hindu yang ada di Banjarmasin kian bertambah banyak,sehingga tidak memungkinkan lagi untuk melaksanakan persembahyangan dari rumah kerumah warga Hindu yang ada di Banjarmasin. Oleh sebab itu timbul suatu keinginan atau ide dari Umat Hindu yang ada di Banjarmasin untuk memliki suatu tempat ibadah (Pura) sebagai tempat untuk melaksasanakan segala macam kegiatan keagamaan dan tempat berkumpulnya warga bali pendatang untuk saling bersila krama, dan untuk eksistensi keberada agama Hindu di banjarmasin Khususnya dan Kalimantan Selatan pada umumnya.karena sebagian warga hindu yang ada di Banjarmasin adalah sebagian besar anggota Militer dan Polri,mengadakan rapat untuk mengajukan permohonan mendirikan tempat ibadah, namun dalam pelaksanaannya untuk mendirikan tempat ibadah (pura) harus menentukan letak dan dimana akan dibangun lokasi pura tsb
Komentar
Posting Komentar